Lika-Liku Ibu ASI

By Arda Sitepu - Wednesday, August 03, 2016


Tidak ada komposisi susu yang paling sehat dan komplit serta diproduksi langsung dengan Kemahakuasan Sang Pencipta selain ASI.
                                                             -Kinata’s Mom- 



Menjadi seorang Ibu adalah anugerah yang sangat besar dari Sang Pencipta. Ketika 2 (dua) tahun lalu mengetahui ada sebuah nafas kehidupan di rahim ini, maka sukacita besar hadir di tengah keluarga kami.

Sama halnya dengan semua Ibu yang sedang mengandung, proses kehamilan bukanlah hal yang mudah untuk dilalui. Bulan demi bulan dilalui sampai tepat satu setengah tahun lalu, seorang bayi cantik hadir mewarnai hari-hari kami.

Sebelum berumah tangga, saya berusaha mencari informasi mengenai dunia Ibu dan anak. Salah satu komitmen yang harus dilaksanakan adalah dapat melahirkan secara normal dan memberikan ASI Ekslusif selama 2 (dua) tahun. Namun, kenyataan tak semudah dan semulus perencanaan.

Setelah mengalami kontraksi selama hampir 3 (tiga) hari, saya terus berjuang agar si kecil dapat lahir secara normal. Namun, tetap si kecil tidak dapat dilahirkan sesuai dengan keinginan. Kondisi semakin lemah, di hari ke 4 (empat), dokter kandungan menyarankan untuk dilakukan caesar.

Semula sangat berat menerima kenyataan harus masuk ke ruang operasi. Namun, demi kesehatan dan keselamatan Ibu dan calon bayi, maka dengan penyerahan penuh kepada Sang Pencipta semua proses dimudahkan.



Beberapa jam setelah ke luar dari kamar operasi, bekas luka di sekitar perut sangat terasa perih, hal ini di perburuk dengan kondisi Rumah Sakit yang tidak melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).

Sempat merasa kecewa besar pada pihak Rumah Sakit karena tidak mendukung IMD. Alhasil, di tengah penyembuhan luka, saya berusaha agar si kecil dapat menerima kolostrum. Namun, tidak tahu caranya menyusui dengan benar, padahal banyak buku dan informasi yang sudah dibaca. Kembali bahwa praktik tidak semudah teori.



Seperti informasi yang pernah saya dapatkan bahwa pentingnya IMD karena:
     1.      Dada Ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Hal ini menurunkan kematian karena kedinginan (hyportemia).

    2.      Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi.

   3.      Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.

     4.      Bayi yang diberi kesempatan menyusu lebih dini berhasil menyusui ekslusif dan akan lebih lama disusui.

     5.      Bayi mendapatkan ASI kolostrum yaitu ASI yang pertama kali keluar. Cairan emas ini kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi.

Alhasil, saya tidak tahu apakah bayi saya mendapatkan kolostrum atau tidak, karena pihak Rumah Sakit sudah memberikan susu formula (sufor) selama 2 (dua) hari. Jadi, hari ke-3 baru si kecil mendapatkan ASI.

Dalam hal ini, untuk para Ibu yang ingin memilih Rumah Sakit tempat persalinan, maka pastikan bahwa rumah sakit tersebut mendukung program IMD. Hal ini baik untuk menunjang proses pemberian ASI selanjutnya.




Komitmen memberikan ASI kepada si kecil semakin menggebu-gebu, karena salah satu pemberian Ibu yang tidak ternilai harganya adalah air susu. Tidak ada satu teori pun yang menyanggah pentingnya ASI bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak.

Menurut artikel yang pernah saya baca bahwa pemberian ASI Ekslusif kepada bayi dapat mengurangi jenis penyakit ketika anak tumbuh dewasa. Di tambah kemampuan test intelegensia yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang mendapatkan susu formula. Selain itu manfaat ASI Ekslusif untuk buah hati kita adalah:
  1.  ASI memberikan manfaat pada bayi karena mudah dicerna apabila ketika pencernaannya belum begitu sempurna (di bawah usia 6 bulan).
  2.  ASI dapat menyempurnakan tumbuh kembang bayi bahkan ASI dapat membuat sehat dan juga cerdas.
  3.  ASI dapat menjadi antibodi alami tubuh bayi terutama yang berhubungan dengan penyakit infeksi.
  4.  ASI akan selalu ada pada suhu yang tepat sehingga tidak perlu dikhawatirkan akan membuat bayi terlalu panas atau dingin.
  5.  Komposisi dan volume ASI akan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Kita tidak perlu kuatir akan berkurang sampai 6 bulan.
  6. Pada sistem pencernaan bayi sampai dengan 6 bulan, ASI merupakan makanan dan minuman yang tepat  untuk bayi tanpa harus diberikan makanan atau cairan tambahan.
  7. Frekuensi bayi menyusu akan terganggu apabila diberikan minuman atau makanan selain ASI. Sehingga usahakan tetap memberikan ASI.

Pengalaman yang lumayan menyedihkan di dalam lika-liku memberikan ASI kepada si kecil adalah saat seminggu pertama ASI keluar. Berhubung si kecil sudah 2 (dua) hari minum susu formula dengan intesitas yang cukup banyak dan tiba-tiba beralih ke ASI yang dapat dikatakan belum deras, maka bayi mulai merengek dan hampir tiap jam-jam lapar/haus menangis bahkan sampai menangis kejar.

Melihat kondisi ini, saya mulai tanya sana-sini dan mencari informasi agar si kecil dapat menyesuaikan kembali dengan kondisi ASI yang belum deras. Lalu hadirlah nasehat seorang teman untuk menyediakan pompa ASI agar jam-jam tertentu saat si kecil tertidur, Ibu dapat terus memompa agar lama-kelamaan ASI dapat deras.



Suatu malam, sehabis konsultasi dengan suami maka hati mulai galau untuk membeli pompa ASI. Karena persediaan dana sangat menipis dikarenakan yang semula dana hanya untuk persalinan normal berubah menjadi persalinan caesar. Sekali lagi tips untuk para Ibu yang ingin melahirkan, diharapkan menyediakan dana untuk persalinan normal dan caesar.

Dengan penuh pertimbangan, alhasil rela ngutang ke keluarga untuk membeli pompa ASI dengan merk dan harga yang lumayan mahal. Berdasarkan searching sana-sini, merk tersebutlah yang baik dan rata-rata semua Ibu cocok memakainya.

Alhasil, pompa ASI pun dibeli, kegiatan pompa-memompa selalu dilakukan demi menstimulus ASI yang deras. Benar banget tak sampai 2 (dua) hari memakai pompa, ASI mulai deras layaknya botol susu dengan lubang yang besar. Si kecil kembali menikmati ASI dan frekuensi menangis menjadi berkurang drastis.  





Pada waktu umur 3 (tiga) bulan, ada hal yang tak biasa terjadi pada anak saya. Hampir setengah hari, dia tidak mau minum ASI. Perasaan kembali mulai cemas, takut kalau si kecil kekurangan cairan atau nutrisi. Padahal seharusnya 1-2 jam/sekali, dia harus minum ASI.

Kemudian mertua menyarankan untuk memberikan nasi yang dibuat seperti bubur. “Mungkin, sekarang waktunya dia makan, dulu anak umur seminggu sudah diberi makan”, katanya. Namun, dalam hati tak rela masih 3 (tiga) bulan harus diberi MPASI. Pemahaman orang tua dulu berbeda dengan pemahaman sekarang bahwa anak diberi MPASI setidaknya di atas umur 6 (enam) bulan.

Tanpa mau berselisih paham dengan mertua, maka saya diam-diam tetap mengusahakan memberi ASI ke anak saya. Walaupun dia terus menolak hampir seharian, saya berjuang terus. Alhasil, saat menjelang malam dia mau walaupun dengan kondisi yang sedikit dipaksa.

Keesokan harinya, saya merasa tenang dan bahagia karena si kecil kembali menikmati ASI bukan NASI. Ingat lho Mom, bayi diberi makanan padat di atas 6 (enam) bulan setelah lulus ASI ekslusif. Pemahaman orang dulu memang berbeda dengan sekarang, bukan perselisihan yang dicari tapi solusi.   



Saya tinggal di daerah yang cukup sejuk/dingin. Pada saat si kecil berumur 5 (lima) bulan, saya terkena demam. Perasaan mulai tidak tenang, ketakutan pertama adalah bagaimana dengan si kecil? Jika saya tetap memberikan ASI, apakah nanti demam saya tertular ke si kecil?

Kemudian saya tidak boleh meminum obat demam yang nantinya terkandung di ASI, tentunya ini tidak baik untuk bayi yang masih sangat rentan. Hal ini membuat saya semakin stress dan kebanyakan informasi yang saya terima bahwa apabila stress maka tidak mendukung produksi ASI yang baik.


Maka selama demam saya selalu berdoa kepada Tuhan agar demam tidak merampas ASI untuk anakku. Walaupun dalam kondisi demam, saya terus memberikan ASI, serta selalu menjaga kebersihan agar si kecil tidak mudah tertular.

Kembali bahwa setiap niat baik yang kita lakukan disertai dengan doa kepada Sang Pencipta maka pasti ada jalan. Tak sampai 3 (tiga) hari saya pulih total dan demam menghilang, sampai detik ini tak pernah kembali lagi.

Pesan yang saya dapat dari kejadian ini adalah selalu tenang, usahakan tidak stress dan selalu berserah kepada Tuhan dalam kondisi apapun. Di tambah dengan tetap menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh pasca persalinan. 




Dua minggu menjelang MPASI, kembali ada kejadian yang membuat saya kuatir berlebihan. Di mana suatu malam saat ingin menidurkan si kecil tiba-tiba saya merasa ASI tidak keluar deras seperti biasanya.

Si kecil pun tertidur pulas, waktu tengah malam saat si kecil terbangun dan ingin menyusu, ternyata ASI tidak ke luar sama sekali. Akhirnya, tangisan histeris si kecil kembali terdengar, padahal tangisan ini sudah ‘pensiun’ sejak lama.

Pompa ASI pun turut membantu, tetapi sama sekali tidak berpengaruh. ASI keluar hanya beberapa tetes. Hati dan pikiran mulai panik, bagaimana kalau si kecil tidak mendapatkan ASI sampai pagi hari, ditambah si kecil belum genap 6 (enam) bulan untuk menerima MPASI.

Penuh kesabaran untuk menimang si kecil, maka dia pun tertidur lelap. Dapat dikatakan malam itu adalah malam terpanjang saya terjaga. Saat pagi menjelang, semua jenis makanan yang mendukung agar ASI dapat kembali deras pun di konsumsi habis-habisan.

Saya hanya bisa berdoa agar ASI kembali bersinar mengisi kebahagiaan kami. Namun, selama 2 (dua) hari ASI macet, tidak selancar aliran sungai Bengawan Solo. Beberapa teman ada yang menyarankan untuk memberikan susu formula, tapi dalam hati ada penolakan besar karena tak rela sufor mengisi lambung si kecil.

Saat melihat wajah si kecil ada dorongan kuat dari hati bahwa ASI akan kembali normal. Keyakinan dan kepercayaan bahwa ASI akan kembali normal terwujud, tanpa meminum obat-obatan atau herbal, ASI kembali deras.

Pelajaran yang saya ambil adalah bahwa ketika kita memiliki keyakinan dan dorongan untuk ingin selalu memberikan ASI kepada si kecil, maka rintangan apapun akan dapat diselesaikan. Ditambah dengan selalu rajin mengkonsumsi sayuran dan makanan alami yang mendukung kelancaran ASI.   



Saya sangat bersyukur memiliki seorang patner dalam kehidupan yang selalu mendukung dalam suka maupun duka. Bapak si kecil selalu stand by ketika setiap masalah hadir dalam setiap proses tumbuh kembang buah hati kami.

Di saat malam hari, ketika sudah terlalu lelah mengurus si kecil, suami selalu membangunkan untuk memberikan ASI setiap 2 (dua) jam sekali. Malam hari suami juga rela bangun untuk mengganti popok ketika si kecil BAK atau BAB.

Di waktu libur, suami juga turut membantu pekerjaan rumah tangga dan menyiapkan makanan yang mendukung kelancaran ASI. Setiap saat suami memberikan motivasi agar selalu hidup tenang dan bersabar dalam setiap proses yang dilalui.


Dukungan yang luar biasa dari suami sebagai bapak ASI merupakan mood booster untuk Ibu menyusui. Perasaan bahagia dan tidak merasa sendiri dalam mengurus si kecil, mendorong hormon produksi ASI semakin meningkat dan kualitas ASI semakin baik.   





Selamat menjelang wisuda S3 ya nak…

Menjadi seorang Ibu ASI adalah tidak mudah, perjuangan dilakukan hampir setiap hari. Semua bertujuan agar si kecil mendapatkan nutrisi terbaik. Semenjak umur 3 (tiga) hari sampai sekarang anak saya menjelang umur 2 (dua) tahun selalu diberikan ASI.




Semoga pemberian ASI kepada anak saya sampai 2 (dua) tahun sebagaimana yang disarankan World Health Organization/WHO.  Memang tidak mudah dan mulus, namun ketika kita percaya dan tetap berserah kepada Sang Pencipta, maka akan ada jalan di setiap tantangan yang dihadapi.

Coming soon wisuda S3...





Dalam tulisan Prita Ghozie “The Magic of ASI in Financial Planning” menyatakan bahwa dengan memberikan ASI kepada buah hati kita, maka kita dapat menghemat banyak biaya/pengeluaran khususnya dalam pembelian susu formula dan perangkatnya.

Setelah saya hitung-hitung dalam memberikan ASI kepada anak saya maka saya melihat ada penghematan yang luar biasa dibanding ketika saya harus memberikan si kecil susu formula.



Secara matematis dapat dilihat melalui perhitungan di bawah ini:
1.             Bayi dengan Susu Formula:
Umur 0-24 Bulan
S26 Merk X Tahap 1 Kemasan Kaleng Ukuran 400 gr : Rp140.000,- untuk 4 hari.
Sebulan : 31/4 = sekitar 8 kaleng per bulan.
Pengeluaran sebulan : 8 x Rp140.000 = Rp 1.120.000,-/bulan
Pengeluaran selama 2 (dua) tahun adalah : 24 x Rp 1.120.000 = Rp26.880.000,-
Pengeluaran perlengkapan botol, dll     selama 2 (dua) tahun =  Rp   3.000.000,-
Total Pengeluaran                                                                                   = Rp29.880.000,-

2.             Bayi dengan ASI
Tidak ada pengeluaran untuk bayi ASI, karena Ibu ASI akan makan sesuai dengan konsumsi sehari-hari. Penambahan hanya pada konsumsi sayur-sayuran yang lebih banyak dari biasanya.

Bayangkan dengan kondisi keuangan keluarga yang belum stabil harus mengeluarkan biaya sebesar kurang lebih Rp1 juta/bulan, maka akan terasa sangat berat. Dengan ASI, keuangan keluarga bisa menghemat sampai Rp29 Juta. Dana tersebut dapat ditabung untuk pendidikan si kecil nantinya.

ASI harus diperjuangkan, karena memiliki manfaat yang sangat besar, baik untuk si kecil maupun keluarga. ASI adalah salah satu penyelamat keuangan keluarga dan karena ASI kami dapat merencanakan tabungan pendidikan untuk si kecil.



ASI adalah air susu untuk si kecil yang sudah disediakan Sang Pencipta kepada setiap Ibu. Maka sudah sepatutnya kita selalu mengucap syukur ketika kita dapat memberikan ASI kepada buah hati kita. Tidak semua Ibu dapat memberikan ASI kepada anaknya, mungkin karena kondisi kesehatan, kesibukan atau alasan lainnya.

Namun, ketika Ibu sudah berusaha semaksimal mungkin dan belum dapat memberikan ASI kepada buah hati kita, jangan berkecil hati. Tetap lakukan yang terbaik untuk proses pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

Untuk Ibu yang saat ini berjuang untuk ASI, tetap semangat dan lakukan yang terbaik, karena usaha yang kita lakukan tidak akan pernah sia-sia. Menjadi seorang Ibu ASI memang tidak mudah penuh dengan lika-liku, namun kita percaya buah hati kita kelak dapat tumbuh sehat, berkembang dan tentunya menjadi generasi penerus yang patut dibanggakan. Selalu berserah kepada Sang Pencipta maka akan ada jalan dalam setiap permasalahan Ibu ASI.


Selamat Meng-ASI dan selamat merayakan Pekan Asi dunia...

Kinata’s Mom





  • Share:

You Might Also Like

3 comments

  1. Semoga semakin banyak perempuan yang semangat memberi ASI minimal enam bulan ya mba..... Memberikan yang terbaik ke anak sepertinya perlu perjuangan...

    ReplyDelete

Dear All,

Terima kasih sudah meninggalkan jejak positif di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup. ^_^