Menapak Kampung Di Atas Awan

By Arda Sitepu - Thursday, September 22, 2016





Ring of Fire Adventure (RoFA), siapa yang tidak kenal dengan program televisi yang satu ini. Saat membuka channel Kompas TV setiap Sabtu pukul 21.00 WIB, maka setiap mata akan dimanjakan dengan keindahan alam dari Timur Indonesia. 



Penjelajahan dikemas dalam bentuk dokumenter, kegiatan faktual yang meliput sejarah, budaya, tradisi, unsur-unsur kemanusiaan dan keindahan alam Indonesia. Ekspedisi ini di pandu oleh Youk Tanzil dengan anak-anaknya yang memperkenalkan betapa kaya-nya wilayah Timur Indonesia. 


Bagi saya seorang penikmat tontonan Kompas TV dan tinggal di Barat Indonesia mempunyai keinginan yang kuat untuk dapat menjelajah bagian Timur. Walaupun baru hanya sebatas mimpi dan suatu hari nanti berharap dapat terwujud. 


Bicara soal keindahan Timur Indonesia, seorang teman yang bekerja di wilayah Timur pernah menceritakan dan mengabadikan perjalanannya ke Tanah Flores.  Flores yang berarti bunga menyimpan banyak keindahan alam dan budaya yang tergores di antara dedaunan hutan.


Flores sendiri identik dengan kebudayaan Portugis karena pernah menjadi koloni Portugis. Terdapat 8 (delapan) suku yang ada di Flores:

  1.  Orang Manggarai
  2.  Orang Riung
  3.  Orang Ngada
  4.  Orang Nage Keo
  5.  Orang Ende
  6.  Orang Lio
  7.  Orang Sikka
  8.  Orang Larantuka

Saat ini, saya akan mengulik sedikit dari Orang Manggarai, khususnya yang berada pada Wae Rebo atau “kampung di atas awan”. Kampung yang terkenal dengan bangunan Mbaru Niang merupakan salah satu icon di Tanah Flores. 




Bangunan tradisional yang terletak di Barat Daya Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur ini banyak diminati Wisatawan Dalam Negeri maupun Mancanegara. Unsur-unsur budaya yang masih murni, membawa kampung Wae Rebo menjadi daya tarik setiap orang.



[ 7 MBARU NIANG ]

Mbaru Niang memiliki arti “rumah drum”, menurut cerita salah satu Mbaru Niang menyimpan drum pusaka yang menjadi media sakral untuk berkomunikasi dengan nenek moyang. 


Kita mengenal bahwa angka 7 (tujuh) adalah kesempurnaan. Di Wae Rebo juga memiliki 7 Mbaru Niang, tidak boleh lebih dan tidak kurang. Bangunan seperti kerucut, beratapkan ijuk ini memiliki ketinggian sekitar 15 meter. Bentuknya melingkar diyakini melambangkan persaudaraan yang tidak putus dengan leluhur.






Selain sebagai tempat tinggal, rumah adat tradisional ini dijadikan sebagai tempat pertemuan dan ritual. Mbaru Niang ditempati enam sampai delapan keluarga. Berikut bagian dari rumah adat dan fungsinya:

  1.   Tingkat Pertama (Lutur): Tempat tinggal keluarga.
  2.   Tingkat Kedua (Lobo): Tempat bahan makanan
  3.   Tingkat Ketiga (Lentar): Menyimpan benih tanaman 
  4.   Tingkat Keempat (Lempa Rae): Lumbung menyimpan makanan/stock makanan.
  5.   Tingkat Kelima (Hekang Kode): Tempat menyimpan Langkar atau anyaman bambu untuk menyimpan sesajen untuk persembahan leluhur. 

Salah satu nilai-nilai budaya yang masih kental di Wae Robo adalah semangat gotong royong. Apabila Mbaru Niang mengalami kerusakan maka seluruh warga desa bekerja sama untuk memperbaiki dan membangunnya kembali. 


Mbaru Niang dikelilingi oleh lahan yang luas dan hijau serta dihiasi dengan bukit-bukit nan indah. Udara pagi di Wae Robo terasa sangat sejuk. Setiap pengunjung akan disajikan keindahan alam yang masih sangat murni jauh dari jamahan tangan manusia. 


[ TAK BOLEH SELFIE SEBELUM PENYAMBUTAN ]

Para wisatawan yang terkagum-kagum dengan keindahan desa Wae Robo, tidak boleh langsung mengambil foto sebelum dilakukan upacara penyambutan. Acara penyambutan oleh warga desa disebut dengan Pau Wae Luu.





Ritual penyambutan ini bertujuan agar roh leluhur mengizinkan serta melindungi setiap tamu yang berkunjung ke desa tersebut. Hal ini dilakukan karena bagi masyarakat Wae Robo, pengunjung dianggap sebagai saudara yang pulang kampung. 



Kepala adat juga memberikan saran kepada setiap pengunjung untuk tidak melakukan hal-hal yang dianggap tabu selama berada di Wae Robo. Disamping itu, pengunjung di larang mengeluarkan kalimat ‘kotor’ serta membuka alas kaki setiap masuk ke dalam Mbaru Niang. 




Bagi para pengunjung dapat menikmati keindahan bintang di alam terbuka di malam hari. Begitu pula beristirahat/tidur beralaskan tikar dari anyaman daun pandan. 


[ PETANI KOPI & PETENUN KAIN CURA ]

Masyarakat Wae Robo merupakan petani kopi. Kopi jenis Arabica, khas Flores sangat populer dan nikmat. Para Ibu akan menyajikan kopi kepada setiap pengunjung. 




Di samping itu, para Ibu di Wae Robo menenun kain cura menjadi songket tradisional. Kain cura sendiri memiliki motif khas Flores dengan dominasi warna cerah.



[ KEARIFAN LOKAL WAE ROBO ]


Berikut beberapa kearifan lokal yang sampai saat ini terus dipertahankan masyarakat Wae Robo adalah:

  •  Nilai gotong royong masyarakat dalam membangun atau menyelesaikan pekerjaan.
  • Nilai musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah warga Wae Robo.
  • Nilai kekeluargaan yang tinggi karena masih satu garis keturunan dan leluhur.
  • Masyarakat masih tergantung dengan alam sehingga masyarakat sangat menjaga alam di sekitar Wae Robo.
  • Melestarikan dan menjaga rumah adat tradisional Mbaru Niang.
  • Penyambutan tamu dengan ritual dan menganggap sebagai saudara yang pulang kampung.
  • Desa Wae Robo, tidak memiliki signal handphone, sehingga cukup sulit terpengaruh oleh budaya asing.  
  • Masyarakat desa Wae Robo selalu berusaha memperkenalkan budaya-nya kepada dunia. 



[ MENAPAK KAMPUNG DI ATAS AWAN ]

Secara geografis Wae Robo terletak di atas ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Untuk sampai ke sana dibutuhkan tenaga ekstra. Saya percaya bahwa Ring of Fire Adventure (RoFA) dalam melakukan perjalanan ke Wae Robo sudah meng-eskplore budaya masyarakat Wae Robo lebih mendalam.  




Lokasi Wae Robo merupakan daerah terisolasi dan berada di balik hutan. Berdasarkan pengalaman teman, berikut cara untuk sampai ke tujuan:

  1. Pertama, perjalanan dari Labuan Bajo menuju Ruteng. Kemudian dapat menggunakan rental motor/ojek sampai ke Dintor. Kemudian dilakukan perjalanan menyusuri hutan menuju Wae Robo. Sudah disediakan tanda pengarah jalan dan pos menuju desa tersebut.  
  2. Kedua, menggunakan perahu dari Labuan Bajo ke pesisir Nangali selanjutnya menyebrang ke Pulau Mules dan perjalanan ke Denge.
  3. Ketiga, dengan truk kayu yang melintasi Desa Pela, Todo, Dintor dan Denge. 
  4. Keempat, dari Bali menuju Labuan Bajo dan jalan darat sekitar 6-7 Jam ke Denge, Denge desa yang paling dekat dengan Wae Robo, dari Denge menuju Wae Robo jalan kaki sekitar 4 Jam. 

Menurut teman saya bahwa mencapai Wae Robo sangat sulit, dibutuhkan kesabaran dan perjuangan. Namun, ketika sudah sampai di sana, maka semua keletihan hilang sekejab karena di sambut dengan pemandangan yang indah dan kehangatan masyarakat Wae Robo.


Kearifan lokal yang begitu murni membuat kita ingin kembali ke Wae Robo. Salah satu pesan Ketua Adat untuk terus melestarikan alam, adat, budaya dan Tanah Flores. Hal ini ditujukan untuk Indonesia Timur yang lebih baik.


Wae Robo adalah bagian dari kekayaan Indonesia. Namun, banyak lagi kekayaan yang tersembunyi di wilayah Timur Indonesia, baik suku, budaya, wisata kuliner, wisata alam dan kearifan lokal. Untuk menggali semua kekayaan tersebut, dibutuhkan penjelajah yang tangguh seperti Youk Tamzil dan keluarga dalam Ring of Fire Adventure (RoFA).





Penjelajahan Ring of Fire Adventure (RoFA) menjadi tontonan Kompas TV yang mengedukasi seluruh mata masyarakat Indonesia. Dengan harapan kelak saya dapat ke timur (return to the east) menapak di Wae Robo. Kalaupun belum terwujud setidaknya sudah menikmati secara visual di Kompas TV


Eksotis wilayah Timur memang tiada duanya, anugerah Sang Pencipta yang sudah sepatutnya menjadi dokumenter. Sehingga kelak menjadi oleh-oleh yang sulit dilupakan oleh generasi selanjutnya.







We are many, we are one. Salam Ekspedisi… 



Narasumber : 

1. Kompas TV (Ring Of Fire Adventure Indonesia)
2. Yan Emersan Sembiring 

Tulisan ini diikutsertakan dalam Gramedia Blogger Competition x Kompas TV






  • Share:

You Might Also Like

2 comments

  1. mantafff mbaa kampung diatas awannya..hehhe...seru kayanya klo kesaanaa...pengenn ihhhh....

    salam blogger mbaa

    ReplyDelete

Dear All,

Terima kasih sudah meninggalkan jejak positif di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup. ^_^